Adindaku
Fajar menjelang tertutup kabut
Kerikil tajam terlampaui
Waktu hilang termakan harap
Tak terperi rasa tersayat
Arah hilang tertutup cemas
Yang muda tertambat angan
Mengganjal perih di relung sukma
Banyak harap tak terbendung
Tertawan mimpi yang tak berakhir
Kemana diri harus berlari
Membuang diri membungkus sakit
Yang berumur menampung keluh
Menebar harap dan senyum
Bijak terlewat membuai diri
Mengurung sepi di ujung kalbu
Hingga saatnya tunas bersemi
Istanaku, 5 September 2019
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren bunda puisi sangat dalam dan penuh berjuta rasa. Sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah
Trimakasih pak Mulya. Aamiin.Barakallah
Mantaps, puisi indah dan syahdu. Sukses selalu dan barakallahu fiik
Alhamdulillah.. terimakasih bunda Pipik. Semoga bunda dikaruniai sehat dan sukses. Barakallah
Puisi yang penuh rasa....Sugeng ndalu Bu Noor....
Sugeng ndalu ugi bu Rini. Terimakasih sudah berkunjung. Barakallah